Keluarga Pasien Kecam Pernyataan “Lepas Tangan” Pihak RS Magreti Saumlaki

banner 468x60

www.info86news.com | Saumlaki_ Senin (13/1/24) Keluarga dari pasien yang dirawat di ruang UGD RS Magreti Saumlaki mengecam keras pernyataan pihak RS Magreti yang menyatakan “Lepas Tangan”.

Menurut anak pasien, Frans Bwarleling/Sarpumpwain (34) istilah lepas tangan yang disampaikan Dokter Y kepadanya, kurang lebih sama artinya pihak rumah sakit telah maksimal dan tidak bisà berbuat apa-apa lagi.

“Lepas tangan artinya kurang lebih minta pasien pulang” tutur Frans yang mendampingi Ibunya Yasintha Sarpumpwain (73), pasien yang dirawat sejak Sabtu lalu, (11/1/24).

Upaya untuk mendapatkan perawatan yang lebih intensif, Pihak rumah sakit sempat memberikan solusi kepada pihak keluarga agar dapat melakukan rujukan ke Ambon, sayangnya solusi ini menambah kebingungan keluarga pasien.

“Seharusnya solusi dari Dokter, dia sudah tahu syarat apa saja untuk penerbangan dan disampaikan ke pihak kluarga, tapi ini tidak disampaikan hanya merujuk ke Ambon dan kluarga pasienpun baru tahu malam ini, bukan tadi siang”.ujarnya lemas.

Keluarga pasien lainnya yang mendengar hal ini turut mengecam pernyataan “Lepas Tangan” dari pihak RS Magreti.

Dirinya berharap RS Magreti dapat melayani dengan hati, memberikan pelayanan terbaik dan maksimal sesuai standar operasional terukur bukan melayani sesukanya saja.

“Orang masih bernapas saja sudah lepas tangan, rumah sakit harus layani sampai akhir, harusnya dilaporan itu menyatakan melayani sampai selesai baru dikembalikan ke keluarga”.tandas Maritje Sarpumpwain (65), adik kandung pasien.

Direktur RSUD Magretti – Saumlaki, Dr. Sita Rante saat dikonfirmasikan media ini terkait pelayanan publik rumah sakit meminta keluarga pasien tidak salah artikan “Lepas Tangan”.

Menurutnya apa yang dilakukan Dokter Yohana, pelayanan sudah maksimal dan diakuinya RS Magreti belum ada dokter spesialis penyakit jantung sehingga Dokter Yohana yang adalah seorang dokter umum melayani dengan segala keterbatasan.

“Saya kira pelayanan sudah maksimal, kami belum punya dokter spesialis penyakit jantung, ini dokter umum dengan segala keterbatasan bukan seperti di kota besar semua dokter spesialis ada dan didukung sarana prasarana lengkap”.ujarnya.

Sambungnya menjelaskan kondisi pasien dengan diagnosa kelainan jantung tentunya tidak dapat dibawa keruangan bagian belakang karena beda perawatannya dan akan dipindahkan bila kondisi pasien sudah stabil.

“Diruangan belakang memang ada perawat tetapi tidak ada dokter yang standby disitu, perawat hanya konsul ke dokter yang merawatnya, beda bila di UGD, Dokternya Standby sehingga bila ada keluhan tiba-tiba, bisà langsung ditangani Dokter”.tandasnya.

Selain itu Ia menambahkan upaya maksimal Dokter dan para perawat kepada pasien telah diberikan pula makanan sari, lewat selang infus namun hal itu tidak berhasil akibat kondisi pasien yang tak memungkinkan.

Dengan kondisi pasien yang terus menurun, terakhir sudah tidak sadarkan diri, tentunya pihak rumah sakit tidak bisa memberikan ijin rujukan yang beresiko tinggi di perjalanan karena tidak ada pengawalan dari perawat maupun dokter.

Adapun Diagnosa Dokter Yohana, pasien mengalami kelainan jantung dan itupun sudah diupayakan maksimal dengan berkonsultasi ke Dokter Spesialis Jantung di Kupang yang pernah beberapa bulan bertugas di Saumlaki.

“ Kami bersyukur ada Dokter spesialis jantung walaupun sudah tidak bertugas lagi di Saumlaki, tetapi masih menerima konsultasi dokter umum kita di Saumlaki”.imbuhnya mengakhiri.(Jk)

banner 300x250

Pos terkait

banner 468x60

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *