http://info86news.com | Kepulauan Tanimbar – PT K-LINK Indonesia menggelar sosialisasi ketahanan pangan dan penggunaan pupuk hayati di Aula Desa Lumasebu, Kecamatan Kormomolin, Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Kamis (23/10/2025).
Kegiatan tersebut dihadiri oleh perwakilan PT K-LINK Indonesia, Hendro Setiawan, didampingi Abel Batlajery dan Fani Batlajery, bersama Kepala Desa Lumasebu, Silas Lamblombir, staf desa, serta masyarakat setempat.
Dalam kegiatan itu, masyarakat diperkenalkan dua jenis produk pupuk ramah lingkungan, yakni Bioboost Step 1, pupuk pembenah tanah berbasis asam humat, dan Biobooster, pupuk penyubur tanah berbasis bakteri hayati.
Kepala Desa Lumasebu, Silas Lamblombir, menyambut baik sosialisasi tersebut.
Menurutnya, masyarakat perlu mendapat pendampingan agar memahami cara bertani yang baik dan benar.
“Rakyat perlu dipahamkan dan dikawal supaya tahu bagaimana bertanam yang benar. Ini kali kedua sosialisasi dilakukan di wilayah kami,” ujarnya.
Perwakilan PT K-LINK Indonesia, Hendro Setiawan, menjelaskan bahwa masa depan pertanian tidak hanya berorientasi pada hasil panen tinggi, tetapi juga pada keberlanjutan ekosistem dan kesejahteraan petani.
“Konsep sustainable agriculture memastikan lahan tetap subur, ekosistem tetap hidup, dan petani tetap sejahtera. Semua itu hanya bisa dicapai jika manusia, teknologi, dan alam bekerja dalam satu kesatuan,” kata Hendro.
Hendro menambahkan, pertanian di daerah kepulauan seperti Tanimbar memerlukan sinergi antara petani lokal, pemerintah, inovasi teknologi, serta sektor swasta.
Konsep pertanian terpadu atau Integrated Farming System menjadi strategi penting bagi wilayah kepulauan.
Sistem ini menggabungkan tanaman pangan, peternakan, perikanan, dan pengelolaan limbah organik dalam satu siklus yang saling menopang.
“Dalam pertanian terpadu, limbah bukan dianggap sisa, tapi sumber daya baru. Kotoran ternak bisa menjadi pupuk organik, dan sisa tanaman bisa jadi pakan ternak,” jelas Hendro.
Melalui program pemberdayaan petani, PT K-LINK memperkenalkan bio-organic agriculture agar petani tidak bergantung pada pupuk kimia, tetapi mulai mengembangkan pupuk alami yang menyehatkan tanah dalam jangka panjang.
Selain sistem terpadu, Hendro menekankan pentingnya mekanisasi pertanian untuk meningkatkan efisiensi tanpa menggeser peran tenaga kerja.
“Mekanisasi bukan menggantikan manusia, tapi membantu petani bekerja lebih cepat dan presisi. Prinsipnya bukan menggusur petani, tapi menguatkan mereka,” ujarnya.
Menurut Hendro, teknologi pertanian di daerah seperti Kepulauan Tanimbar harus disesuaikan dengan kondisi geografis, menggunakan alat yang adaptif, ringan, dan mudah dirawat.
Sementara itu, Abel Batlajery, penggiat pertanian organik dari PT K-LINK Indonesia, menegaskan pentingnya kolaborasi lintas sektor untuk membangun rantai nilai pertanian dari hulu ke hilir.
“Petani tidak boleh berhenti di tahap panen. Mereka harus mampu mengelola pascapanen, memahami pasar, dan berani bermitra dengan industri,” ujar Abel.
Penerapan pertanian berkelanjutan dinilai dapat membuka lapangan kerja baru, menekan biaya produksi, dan memperkuat ketahanan pangan daerah.
Ke depan, tim pertanian di Saumlaki berencana menjalin kerja sama dengan PT K-LINK Indonesia untuk membangun model pertanian berkelanjutan berbasis lokalitas.
“Pertanian bukan sekadar pekerjaan, tetapi warisan kehidupan. Jika dikelola dengan ilmu dan kebijaksanaan, pertanian akan menjadi industri kuat yang tetap berpihak pada alam,” tutup Abel.(joko)